topbella

08 November 2015

Pengaruh Kemampuan Manajerial Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa


-->
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat esensial dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun bangsa dan negara, maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara tersebut.
Mengingat sangat urgennya pendidikan bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Secara umum esensi dari pada pendidikan adalah pembentukan manusia yang bukan hanya mampu beradaptasi di dalam masyarakat, namun juga dapat mengembangkan sumber daya manusia (SDM) secara utuh dalam rangka memajukan kehidupan bangsa dan negara.
Pendidikan anak secara non formal yang diperoleh dari lingkungan keluarga saja tidak mungkin dapat mengimbangi terhadap ilmu pengetahuan dan tehnologi serta arus informasi yang semakin pesat dewasa ini. Sehingga dari sinilah peran serta pendidikan formal yang ada di suatu madrasah dituntut untuk melaksanakan terhadap terjadi proses suatu pendidikan yang tidak hanya mampu mentransfer ilmu pengetahuan terhadap anak didik tetapi juga mampu menyelesaikan berbagai macam problem dan tantangan kehidupan.
Guru akan selalu menjadi unsur yang penting dalam menentukan berhasil tidaknya suatu pendidikan, hal ini merupakan persoalan bagi guru dalam segala geraknya dalam pendidikan.
Guru harus meningkatkan kompetensinya sehingga dapat menjawab persoalan pendidikan dan pengajaran yang semakin komplek sekarang ini. Kompetensi diperlukan sebagai kemampuan yang integralistik dalam diri pribadi guru sebagai tenaga profesional yang diharapkan dapat mengantarkan anak didik menjadi pribadi yang sempurna.
Kinerja guru erat kaitannya dengan mengajar artinya sebagai kiat-kiat guru dalam menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya kepada anak didik. Guru yang mempunyai kemampuan manajerial tinggi menjadikan anak didik akan bersemangat dalam belajar serta cara berfikirnya akan semakin berkembang.
Namun sebaliknya jika guru tidak memiliki kreatifitas khususnya dalam melaksanakan proses belajar mengajar maka tidak menuntup kemungkinan justru akan mematikan semangat belajar siswa itu sendiri yang akibatnya tujuan pendidikan tidak dapat dicapai secara maksimal. Permasalah semacam ini yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian guna mengetahui sejauh mana kemampuan manajerial dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
B. Pembatasan Masalah
1. Kemampuan Manajerial Guru
Dalam penelitian ini pembatasan masalah yang pertama adalah mengenai kemampuan manajerial guru, adapun penelitian ini difokuskan pada kemampuan perencanaan, kemampuan pengorganisasian, kemampuan penggerakan serta kemampuan penilaian. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah YKUI Sambogunung Dukun Gresik.
2. Motivasi Belajar Siswa
Pembatasan masalah yang kedua adalah motivasi belajar siswa yang dalam hal ini lebih difokuskan tentang semangat belajar, prestasi belajar serta aktif dalam mengikuti kegiatan sekolah.
C. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang tersebut di atas, maka masalah yang ada dalam pembahasan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kemampuan manajerial guru di Madrasah Tsanawiyah YKUI Sambogunung Dukun Gresik?
2. Bagaimanakah motivasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah YKUI Sambogunung Dukun Gresik?
3. Sejauhmana kemampuan manajerial guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs YKUI Sambogunung Dukun Gresik ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian Khusus
a. Untuk mengetahui kemampuan manajerial guru di Madrasah Tsanawiyah YKUI Sambogunung Dukun Gresik.
b. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah YKUI Sambogunung Dukun Gresik.
c. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan manajerial guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs YKUI Sambogunung Dukun Gresik.
2. Tujuan Penelitian Umum
a. Untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Maskumambang Gresik
b. Agar mendapat ijazah S-1 untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
E. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut :
a. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi guru di Madrasah Tsanawiyah YKUI Sambogunung untuk meningkatkan kemampuan manajerial mereka.
b. Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan evaluasi pendidikan bagi guru khususnya di Madrasah Tsanawiyah YKUI Sambogunung
c. Memberikan sumbangan teoritis mengenai masalah-masalah pendidikan pada lembaga terkait khususnya mengenahi motivasi belajar pada siswa.
F. Definisi Operasional
Sebelum penulis memberikan pengertian secara menyeluruh isi skripsi ini, terlebih dahulu dalam pengawali tulisan ini dijelaskan kata-kata penting yang terkandung dalam judul skripsi ini. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran ke arah mana skripsi ini penulis maksud. Disamping itu juga membatasi dari terbukanya kemungkinan luasnya arti daripada istilah yang terdapat pada judul skripsi, dan sebagai penatar pembaca agar tidak terjadi kesalahpahaman isi dari skripsi ini.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini penulis menjelaskan arti masing-masing kata yang penulis anggap perlu dari judul skripsi Kemampuan Manajerial Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MTs YKUI Sambogunung Dukun Gresik :
Kemampuan
:
kesanggupan; kecakapan; kekuatan
Manajerial
:
berhubungan dengan manajer
Guru
:
Orang yang pekerjaannya mendidik, mengajar, mengasihi, sehingga seorang guru harus bersifat mengasihi. (Peter Salim, 1991, 492)
Tenaga Pendidik yang tugas utama mengajar dalam arti mengembangkan ranah, cipta, rasa dan karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal mendidik. (Muhibbin syah, 1995, 256)
Motivasi
:
Pemberian motif, penimbulan motive atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Dapat pula diartikan factor yang mendorong orang utnuk bertindak dengan cara tertentu. (M. Manulang,1981,146)
Belajar
:
suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya (Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27).
Siswa
:
seseorang yang sedang menuntut ilmu di suatu lembaga pendidikan
G. Sistematika Laporan atau Garis Besar Skripsi
Dalam skripsi ini akan memuat pembahasan mulai bab I sampai dengan bab V, dengan perincian isi tiap-tiap bab sebagai berikut :
Bab I yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian yang berisi tujuan penelitian khusus dan tujuan penelitian umum, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan.
Bab II yang berisikan tentang kajian teori yang meliputi : Pertama, kajian tentang kemampuan manajerial guru, yang di dalamnya membahas tentang pengertian kemampuan manajerial, fungsi menajemen dan manajerial guru yang berisi tentang kemampuan perencanaan, kemampuan penggerakan dan kemampuan penilaian. Kedua, kajian tentang motivasi belajar siswa, yang didalamnya membahas tentang, arti dan pentingnya motivasi, teori motivasi dan membangkitkan motivasi belajar. Ketiga, Kemampuan menajerial guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
Bab III yang membahasa tentang metode penelitian yang meliputi : Pertama, Pengertian dan Jenis Penelitian, Kedua Penentuan Populasi dan Sampel, Ketiga, Variabel dan Definisi Operasional Variabel, Keempat, Metode pengumpulan data, yang berisi tentang pengertian, jenis pengumpulan data serta metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian, Kelima, metode analisi data yang berisi tentang pengertian, jenis metode analisis data serta metode analisis data yang digunakan di penelitian.
Bab IV yang pembahasannya berisi tentang laporan hasil penelitian yang mencakup tentang; Pertama, penyajian data umum yang berisi tentang gambaran objek penelitian mulai nama, letak geografis serja sejarah MTs YKUI Sambogunung Dukun Gresik, struktur organisasi dan tugas masing-masing, struktur komite madrasah, jumlah siswa dan guru. Dan juga berisi penyajian data khusus. Kedua, analisis data dan Ketiga interpretasi hasil analisis.
Bab V berisi tentang penutup yang meliputi simpulan dan saran, kemudian di bagian akhir skripsi ini dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran bukti penelitian.


BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kajian tentang Kemampuan Manajerial Guru
1. Pengertian Kemampuan Manajerial
Dalam dunia pendidikan yang sangat kompleks sekarang ini, orang tidak dapat bekerja sendiri-sendiri sebagai single fighter untuk mensukseskan seorang siswa, tapi saling bergantung satu sama lain untuk mencapai kesuksesan. Kondisi interpendensi ini membuat kemampuan manajerial seorang guru dalam proses belajar mengajar menjadi bertambah penting. Trend teori-teori manajemen modernpun juga mengarah kesana.
Kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk mengatur, mengkoordinasikan dan menggerakkan para siswa kearah pencapaian tujuan yang telah ditentukan organisasi atau sekolah, tak soal apakah organisasi atau sekolah itu kecil atau besar. Dalam organisasi yang besar, kesempatan guru untuk mengadakan kontak dengan seluruh siswa relatif kecil sekali. Lebih-lebih dalam organisasi atau sekolah yang sudah menggunakan jaringan online yang ruang lingkup operasinya nasional atau internasional. Dengan demikian. Kegiatan mengintegrasikan, mengkoordonasikan dan menggerakkan para siswa oleh guru sebagai manajer puncak dilakukan melalui pendelegasian atau hanya dapat dilakukan dengan kontak online saja.
Kemampuan manejerial itu sendiri adalah sesuatu yang tidak given. Kemampuan itu lahir dari suatu proses yang panjangnya yang terjadi secara berlahan-lahan melalui proses pengamatan dan belajar. Bukti dari kemampuan manajerial guru dalam hal ini adalah sejauh mana para siswa mereka mampu berkinerja secara optimal. Dalam hal ini guru di semua tingkatan haruslah mampu menunjukkan bahwa mereka sanggup dekat secara emosional pada para siswa sehingga para siswa memberikan dukungan dengan komitmen yang kuat pada saat proses belajar mengajar.
Adanya kinerja manajerial yang dihasilkan merupakan bukti bahwa mereka mampu memahami secara jelas kinerja yang diharapkan dari kegiatan mereka. Semangat belajar siswa tentu yang diharapkan dari guru akan menentukan peran yang disandang oleh guru menjadi profesinal dalam mengajar. Kinerja dan peran aktif dalam proses belajar mengajar yang diharapkan dari guru akan menentukan bakat dan kemampuan apa yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan melalui peran yang dimiliki oleh guru tentang peran para siswa yang tidak akan menghasilkan kinerja tertentu yang diharapkan dari mereka, jika tidak disertai dengan usaha keras mereka artinya dalam hal ini kemampuan manajerial guru sangat penting untuk menggerakkan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Fungsi Manajemen
Dalam pembahasan ini kita akan memberikan contoh fungsi manajemen dalam dunia perusahaan sebelum kita membahas fungsi manajemen dalam proses belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas.
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian kemudian dalam dunia pendidikan kemampuan manajerial dibagi menjadi tiga bagian perencanaan, pengorganisasian atau penggerakan dan evaluasi atau penilaian.
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan atau sekolah secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
Fungsi kedua adalah pengorganisasian atau organizing. Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
Pengevaluasian atau evaluating dalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.
Dalam dunia pendidikan manejerial juga sangat dibutuhkan ini dapat dilihat dari fungsi yang sama antara di perusahaan dan dalam proses belajar mengajar yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengevaluasian.
3. Kemampuan Manajerial Guru
Pembahasan tentang manajerial guru disini akan difokuskan sebagimana yang telah dipaparkan dalam pembahasan tentang manajerial di atas yaitu Perencanaan, Pelaksanaan atau penggerakan dan Penilaian atau Evaluasi.
a. Kemampuan Perencanaan
Proses belajar mengajar perlu direncanakan agar dalam pelaksanaannya pembelajaran berlangsung dengan baik dan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Setiap perencanan selalu berkenaan dengan pemikiran tentang apa yang akan dilakukan. Perencanaan program belajar mengajar memperkirakan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pembelajaran. Isi perencanaan yaitu mengatur dan menetapkan unsur-unsur pembelajaran, seperti tujuan, bahan atau isi, metode, alat dan sumber, serta penilaian.
Menurut Suryadi dan Mulyana, “program belajar mengajar” tidak lain adalah suatu proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan tersebut secara terperinci dijelaskan kemana siswa itu akan dibawa (tujuan), apa yang harus dipelajari (isi bahan pelajaran), bagaimana siswa mempelajarinya (metode dan teknik), dan bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapainya (penilaian).
Masih menurut Suryadi dan Mulyana, unsur-unsur utama yang harus ada dalam perencanaan pengajaran, yaitu: (1) tujuan yang hendak dicapai, berupa bentuk-bentuk tingkah laku apa yang diinginkan untuk dimiliki siswa setelah terjadinya proses belajar mengajar, (2) bahan pelajaran atau isi pelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan, (3) metode dan teknik yang digunakan, yaitu bagaimana proses belajar mengajar yang akan diciptakan guru agar siswa mencapai tujuan, dan (4) penilaian, yakni bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui tujuan tercapai atau tidak. (Suryadi dan Mulyana, op. cit., h. 22)
Kegiatan merencanakan program belajar mengajar menurut pola Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI) meliputi: (1) merumuskan tujuan intruksional, (2) menguraikan deskripsi satuan bahasan, (3) merancang kegiatan belajar mengajar, (4) memilih berbagai media dan sumber belajar, dan (5) menyusun instrumen untuk nilai penguasaan tujuan.
Menurut Joni, bahwa kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan: (1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran, (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, (3) merencanakan pengelolaan kelas, (4) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. (T. Raka Joni. 1984. 12)
Berdasarkan uraian diatas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.
b. Kemampuan Penggerakan
1). Kemampuan dalam Proses Belajar Mengajar
Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa.
Yutmini mengemukakan bahwa: Persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan: (1) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa, (4) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (5) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.
Hal serupa dikemukakan oleh Harahap, yang menyatakan bahwa: Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan: (1) memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran, (2) mengarahkan tujuan pengajaran, (3) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan pengajaran, (4) melakukan pemantapan belajar, (5) menggunakan alat-alat Bantu pengajaran dengan baik dan benar, (6) melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan, (7) memperbaiki program belajar mengajar, dan (8) melaksanakan hasil penilaian belajar.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut pengelolaan pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan perilaku siswa.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.
2). Kemampuan dalam Memberikan Motivasi
Kebanyakan peserta didik kurang bernafsu untuk belajar, terutama pada mata pelajaran, dan guru yang menurut mereka sulit atau menyulitkan. Untuk kepentingan tersebut guru dituntut membangkitkan nafsu belajar peserta didik. Pembangkitan nafsu atau selera belajar ini sering juga disebut motivasi belajar. Kalau untuk membangkitkan nafsu makan bias menyajikan menu yang menantang seperti sambal, lalap, sayur asam, dan menciptakan suasana yang kondusif seperti lesehan dan prasmanan. Bagaimana kita membangkitkan nafsu belajar peserta didik, bagaimana mengatur menu belajar, bagaimana mengatur lingkungan. Ini penting dipikirkan oleh gurun dan ahli pendidikan. Callahan and Clark mengemukakan bahwa motivasi akan tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Seseorang melakukan sesuatu kalau ia memiliki tujuan yang jelas maka akan bangkit dorongan untuk mencapainya. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, baik yang menyangkut kejiwaan, perasaan, dan emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
Motivasi merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Setiap guru sebaiknya memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya. Hal tersebut akan menambahkan pemahaman dan wawasan guru sehingga memungkinkan proses belajar mengajar berlangsung lebih efektif dan optimal, karena pengetahuan tentang kejiwaan yang berhubungan dengan masalah pendidikan bias dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga mau dan mampu belajar dengan sebaik-baiknya.
c. Kemampuan Penilaian
Penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan. Selanjutnya Joint Commite dalam Wirawan, menjelaskan bahwa evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan evaluasi yang salah akan merugikan pendidikan.
Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa.
Dari uraian tentang kompetensi profesional guru di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru merupakan kemampuan dasar seorang guru yang memiliki keahlian khusus mengenai bidang keguruan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya baik sebagai pengajar maupun pendidik dengan penuh rasa tanggung jawab dan layak.
Kompetensi profesional guru dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu kompetensi substantif dan non substantif. Kompetensi substantif diartikan sebagai kemampuan dalam melaksanakan tugas keguruan yang dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar, dan melakukan evaluasi hasil proses belajar mengajar. Kompetensi non substantif diartikan sebagai kemampuan dalam hal landasan dan wawasan pendidikan, serta kepribadian, profesi dan pengembangan dari guru yang bersangkutan.
Kompetensi profesional guru sangat diperlukan guna mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan dalam hal ini guru. Guru merupakan faktor penentu mutu pendidikan dan keberhasilan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu tingkat kompetensi profesional guru di suatu sekolah dapat dijadikan barometer bagi mutu dan keberhasilan pendidikan di sekolah.
B. Kajian tentang Motivasi Belajar Siswa
1. Pengertian dan Arti Penting Motivasi
Menurut arti katanya, motivasi atau motivation berarti pemberian motif, penimbulan motive atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Motivasi dapat pula diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu.
Di antara fungsi-fungsi yang terdapat dalam manajemen maka fungsi dan kegiatan motivasi adalah yang tergolong paling erat hubungannya dengan unsur manusia, bahkan tidak salah bila dikatakan bahwa masalah motivasi adalah masalah manusia dalam manajemen. Secara konkrit motivasi dapat diberi batasan sebagai “proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien”.
Dengan bartolak dari arti kata motivasi di atas. Motivasi belajar tidak lain dari sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk belajar. Dengan pendek. Motivasi belajar adalah pendorong semangat belajar. Perincian di bidang fisikologi dan sosiologi manajemen telah menghasilkan suatu kesimpulan bahwa setiap orang yang bertindak digerakkan oleh suatu motif, motif mana pada dasarnya bersumber pertama-tama pada berbagai macam kebutuhan pokok individual. (Sarwoto, 1994, Hal. 137).
Setiap manusia tentu mempunyai dasar alasan, mengapa seseorang bersedia melakukan jenis kegiatan atau pekerjaan tertentu, mengapa orang yang satu bekerja lebih giat sedangkan orang yang lainnya bekerja biasa saja, tentulah semuanya ini ada dasar alasan yang mendorong yang menyebabkan seseorang bersedia bekerja seperti itu. Dengan kata lain pasti ada motivasinya.
Manusia dipandang sebagai dinamisator dalam suatu organisasi adalah makhluk sosial yang mempunyai daya cipta, karsa dan rasa baik yang positif maupun yang negatif, disamping mempunyai naluri (perasaan, kehendak, emosi dan lain-lainnya). sifat-sifat konstrutif tersebut semuanya dibawa ke dalam lingkup pekerjaannya. Seorang guru yang merupakan motivator harus mengetahui tentang motivasi agar keberhasilan organisasi dalam mewujudkan usaha kerja sama manusia dapat dicapai.
Motivasi merupakan serangkaian proses yang memberi semangat bagi perilaku seseorang dan mengarahkannya pada pencapaian beberapa tujuan atau secara lebih singkat yaitu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang harus dikerjakan dengan sukarela atau dengan baik.
Menurut Drs. Kartini Kartono, (1995:75), motivasi adalah: Motivasi berasal dari kata latin “Motivus" diartikan sebagai sebab atau alasan dasar, pikiran dasar dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia”.
Motivasi pada dasarnya adalah merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Menurut Bambang Widagdo dan Herman Julianto dalam bukunya Manajemen Personalia menjelaskan bahwa : “Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu”.(1992:27)
Adapun faktor yang mendorong orang untuk bertindak menurut J. Ravianto dalam bukunya Produktivitas dan Manusia Indonesia yang disadur oleh Bambang Widagdo dan Herman dijelaskan bahwa : Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi kerja, antara lain atasan, rekan kerja, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan, jasa uang dan non uang, jenis pekerjaan dan tantangan.
Menurut Ahmad Mochi dalam bukunya Teori Organisasi dijelaskan bahwa : “Motivasi adalah suatu usaha menimbulkan dorongan pada individu agar bertindak”. (1995:148). Motivasi kerja sangat penting bagi karyawan, manajer atau para pimpinan, bahkan tidak lepas untuk pada siswa karena motivasi yang tinggi maka pekerjaan dilakukan dengan bersemangat dan bergairah sehingga akan dicapai suatu hasil yang optimal yang tentunya akan mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan dengan efesien dan efektif.
2. Teori Motivasi
Tiap orang tertarik pada serangkaian tujuan. Jika seorang guru harus meramalkan perilaku secara teliti, maka ia perlu mengetahui sesuatu tentang tujuan siswa dan tindakan yang akan diambil oleh siswa itu untuk mencapainya. Ada banyak teori motivasi dari hasil riset yang berusaha memberi penjelasan hubungan tentang perilaku dan hasilnya. Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan beberapa pendapat mengenahi teori motivasi antara lain:
a. Teori A. H. Maslow
Teori A. H. Maslow lebih dikenal dengan teori hirarki kebutuhan dari Maslow (Maslow’s Need Hierarchi). Ia menyatakan teori Maslow adalah kebutuhan itu tersusun dari suatu hirarki. Ia menyatakan ada suatu hirarki kebutuhan setiap orang. Setiap orang memberi prioritas kepada suatu kebutuhan agar dapat terpenuhi. Jika suatu kebutuhan sudah terpenuhi, maka yang kedua akan memegang peranan, demikian seterusnya menurut urutannya. Adapun kebutuhan yang paling memadai adalah kebutuhan fisiologis dan tingkat yang tertinggi adalah kebutuhan realisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan ini diartikan sebagai berikut:
1). Physiological needs (fisiologis) yaitu kebutuhan badaniah yang meliputi sandang, pangan, tempat tinggal dan pemuasan seksual.
2). Safety Needs (keselamatan dan keamanan) yaitu kebutuhan akan kebebasan dari ancaman atau kebutuhan akan keamanan, meliputi kebutuhan akan keamanan jiwa maupun kebutuhan akan keamanan harta.
3). Social Needs yaitu kebutuhan sosial, meliputi kebutuhan perasaan diterima orang lain, kebutuhan akan perasaan dihormati, kebutuhan akan perasaan maju dan perasaan ikut serta.
4). Esteem Needs (penghargaan) yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan pandangan baik dari orang lain terhadap kita.
5). Self Realization Needs (realisasi diri) yaitu kebutuhan akan kepuasan diri dengan penggunaan kemampuan maksimum, ketrampilan dan potensi.
Maslow berpendapat, bahwa tingkah laku atau tindakan masing-masing individu pada suatu saat tertentu, biasanya ditentukan oleh kebutuhannya yang paling mendesak. Oleh karena itu setiap guru yang ingin memotivasi siswanya perlu memahami hirerki daripada kebutuhan-kebutuhan mereka.
b. Teori David Mc Clelland
David Mc Clelland, direktur Pusat Penelitian Kepribadian di Universitas Hardard, bersama-sama dengan kawan-kawannya, setelah mempelajari persoalan yang menyangkut keberhasilan selama dua puluh tahun telah memformulasikan konsep kebutuhan untuk keberhasilan (the need to achieve). Karena konsepnya itu berhubungan dengan kebutuhan keberhasilan, maka teorinya disebut dengan Achievement Motivation Theory.
Menurut David Mc Clelland, orang yang mempunyai kebutuhan untuk keberhasilan, yakni mempunyai keinginan kuat untuk mencapai sesuatu, mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1). Mereka menentukan tujuan tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, tetapi tujuan itu merupakan tentangan untuk dapat dikerjakan dengan lebih baik.
2). Mereka menentukan tujuan seperti itu, karena mereka secara pribadi dapat mengetahui bahwa hasilnya dapat dikuasai bila mereka kerjakan sendiri.
3). Mereka senang kepada pekerjaannya itu dan merasa sangat berkepentingan dengan keberhasilannya sendiri.
4). Mereka lebih suka bekerja di dalam pekerjaan yang dapat memberikan gambaran bagaimana keadaan pekerjaannya.
David Mc Clelland cs, telah berhasil menemukan cara-cara mengembangkan kebutuhan untuk keberhasilan dan melalui kursus yang mereka dirikan, mereka telah melatih sejumlah orang dengan maksud dapat membantu mengubah orang dalam rangka usaha mereka memberikan sumbangan kepada perbaikan manusia.
3. Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa
Seperti pada devinisi di atas motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melalukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatau proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga mereka mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut:
a. Motivasi Instrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan Negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seorang anak mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar dapat peringkat pertama di kelasnya.
Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara. Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam rangka menumbuhkan motivasi instrinsik antara lain :
a. Komptensi (persaingan): Guru berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
b. Pace Making (membuat tujuan sementara atau deket): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa tujuan yang akan dicapainya sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu perbuatan.
d. Kesempatan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
e. Minat yang besar: Motif akan timbul juga jika individu memiliki minat yang besar.
f. Mengadakan penilaian atau tes: Pada umumnya semua siswa mau berlajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengadakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan manghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
C. Kemampuan Manajerial Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau kerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini mestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataanya masih terdapat dilakukan oleh orang di luar kependidikan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampialn-keterampilan pada siswa.
Guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikannya, hendaknya dapat menjadikan motivasi bagi siswanya untuk belajar. Oleh karena itu setiap guru harus memahami tugas sebagai guru serta mempunyai kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh guru.
Guru yang mempunyai kemampuan manajerial tinggi secara tidak langsung akan dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar karena guru dibekali dengan kemampuan tentang penyusunan rencana pembelajaran sampai dengan pengelolaan kelas sehingga siswa tidak merasa bosan dan selalu semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar.


BAB III

METODE PENELITIAN
A. Pengertian dan Jenis Penelitian
1. Pengertian Penelitian
Untuk memperoleh data yang relevan sebagai bahan penelitian, maka di dalam penelitian perlu digunakan suatu metodologi. Metodologi maupun cara pelaksanaannya yang seefisien mungkin atau suatu tugas yang diperoleh dengan mengingat segi-segi tujuan, peralatan, waktu dan biaya yang tersedia. Dengan metode yang sesuai dan tepat akan ikut menentukan hasil tidaknya suatu tujuan penelitian. Sebagaimana yang dikatakan Winarno Surakhmad :
Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknis atau alat tertentu. ( Winarno Surakhmad, 1995, hal 131 )
Hadari Nawawi menjelasakan metode penelitian dalam bukunya:
“ Suatu metode yang digunakan dalam usaha untuk menangkap gejala-gejala alam dan gejala sosial dalam kehidupan manusia dengan mempergunakan prosedur kerja yang sistematis, teratur, tertib dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah ”. ( Hadari Nawawi, 1992, hal 91 )
Sutrisno Hadi seorang tokoh bidang penelitian memberikan pengertian penelitian adalah :
“ Sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah”.(Sutrisno Hadi, 1983, hal 4)
Dari penjelasan-penjelasan pengertian para tokoh di atas dapat penulis simpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmia dalam memecahkan masalah dengan cara sistematis yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
2. Jenis Penelitian
Menurut Winarno Surakhmad dalam bukunya; Pengantar Penelitian Ilmiah, mengatakan metode penelitian dibedakan ada tiga macam yaitu :
a. Metode Historis
Adalah penyelidikan yang mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmia dari persektif historik sesuatu masalah.
b. Metode Diskriptif
Adalah merumuskan dan menafsirkan data yang ada serta mengklasifikasikannya.
c. Metode Eksperiment
Adalah dengan jalan membandingkan berbagai peristiwa dimana terdapat fenomena tertentu.(Surakhmad, 1995, hal. 123)
Menurut pendapat Mardalis adalah :
a. Penelitian historis yaitu untuk mendiskripsikan apa yang terjadi pada masa lampau.
b. Penelitian penjajakan ( displiratig ) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan baru yang terdapat pada permasalahan yang luas dan kompleks.
c. Penelitian diskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku.
d. Penelitian eksploitasi bertujuan untuk menjelaskan apa yang terjadi bila variabel tertentu dikontrol atau dimanipulasi secara tertentu. ( Mardalis, 1989, hal. 26 )
Menurut Prof. Dr. G. Wayan Seregeg MED, metode penelitian dapat dibedakan menjadi :
a. Metode Historis yaitu metode penelitian yang berkenaan dengan masa lampau untuk mengamati prespektif masa kini.
b. Survey yaitu studi yang berhubungan dengan masa kini dan usaha untuk menentukan status kekinian dari suatu gejala atau fenomena yang diselidiki.
c. Eksperimental yaitu metode yang berorientasi kearah penemuan hubungan antara beberapa fenomena sebagai alat untuk memprediksi dan mengontrol peristiwa. (Wayan Seregeg MED, 1987, hal. 35)
Saifuddin Azwar menjelaskan jenis penelitian jika dilihat dari sudut pandang dapat dibedakan menjadi :
1. Dilihat dari pendekatan analisisnya penelitian dibedakan menjadi dua yaitu “ (1) penelitian kuantitatif, dan (2) penelitian kualitatif “. (Saifuddin Azwar, 1999, hal 5)
Penelitian kuantitatif cara menganalisis data-datanya berupa angka sehingga menggunakan metode statistik, sedangkan penelitian kualitatif analisis yang digunakan menekankan pada proses penyimpulan deduktif dan induktif apabila analisis terhadap dinamika hubungan antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.
2. Jika dilihat dari kedalaman analisisnya jenis penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam antara lain : “ (1) penelitian deskriptif, dan (2) penelitian inferensial “. ( Saifuddin Azwar, 1999, hal 6 )
Penelitian deskriptif dalam menganalisis data hanya sampai tingkat deskriptif maka mudah dipahami dan disimpulkan. Penelitian inferensial bertujuan menguji hipotesis yaitu mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lain.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dengan alasan penulis ingin mengetahui sejauhmana kemampuan manajerial guru dalam meningkatkan motivasi belajar sisw di MTs YKUI Sambogunung Dukun Gresik.
B. Penentuan Populasi dan Sampel
1. Penentuan Populasi
a. Pengertian Populasi
Sutrisno Hadi mengatakan bahwa populasi adalah :
“Seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki disebut populasi atau universum. Populasi dibatasi sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama”. (Sutrisno Hadi, 1983, hal. 220)
Menurut Hermawan Wasito dalam buku “ Pengantar Metodologi Penelitian ” menjelaskan populasi adalah :
“Keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala nilai atau peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penentuan/penelitian”. ( Hermawan Wasito, 1995, hal. 49 )
Sedangkan Saifuddin Azwar mendefinisikan populasi “sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian”. (Saifuddin Azwar, 1999, hal 77 )
Dari pendapat di atas penulis dapat simpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan jumlah yang menjadi obyek penelitian, sedangkan obyek tersebut mempunyai sifat yang sama, dan dijadikan sumber data penelitian.
b. Jenis-Jenis Populasi
Menurut Sumadi Surya Barata populasi berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Populasi Homogen
Yaitu populasi yang terdapat di suatu daerah yang subyek-subyeknya mempunyai sifat yang sama.
2. Populasi Heterogen
Yaitu populasi yang ada pada daerah penelitian tidak memiliki sifat-sifat yang sama atau sifatnya bervariasi.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis populasi dibedakan menjadi dua macam yaitu
1) Populasi terhingga atau terbatas
Yaitu jumlah populasi yang jumlah terbatas, sehingga memungkinkan jumlah populasi untuk diteliti secara keseluruhan.
2) Populasi tak terhingga.
Dan jika jumlahnya banyak, dalam arti peneliti mengalami kesulitan ketika penelitian secara keseluruhan, maka yang digunakan sampel populasi yang dipandang representatif terhadap populasi tersebut.
c. Populasi Penelitian
Berdasarkan pengertian dan jenis populasi sebagaimana diuraikan di atas maka populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh guru dan siswa yang ada di Madrasah Tsanawiyah YKUI Sambogunung Dukun Gresik dengan jumlah keseluruhan 128 orang dengan rincian 114 jumlah siswa dan 14 jumlah guru.
2. Penentuan Sampel
a. Pengertian Sampel
Sampel adalah “ Sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi”. (Sutrisno Hadi, 1997, hal. 221). Selanjutnya Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Suharsimi Arikunto, 1992, hal. 104)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagaian atau wakil dari populasi yang akan dijadikan objek dalam penelitian. Artinya sampel itu diperlukan untuk mempermudah penelitian yang sedang dilakukan.
b. Teknik Sampeling
Suharsimi Arikunto membedakan sampel dalam penelitian antara lain :
1). Sampel random atau sampel acak, sampel campuran.
Teknik sampleng ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama.
2). Sampel berstrata, atau stratified sampel.
Apabila peneliti berpendapat bahwah populasi terbagi atas tingkat-tingkat atau strata.
3). Sampel wilayah atau area probability.
Seperti halnya pada sampel berstrata dilakukan apabila ada perbedaan antara strata yang satu dengan strata yang lain, maka kita lakukan sampel wilayah apa bila ada perbedaan ciri antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
4). Sampel propporsi atau proportional sample, atau sampel imbang.
Teknik pengambilan sampel proporsi atau sampel imbang ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah.
Ada kalanya banyak subyek yang terdapat pada setiap strata atau setiap wilayah tidak sama. Oleh karena itu untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah.
5). Sampel bertujuan atau purposive sample.
Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
6). Sampel kouta atau quota sample.
Teknik sampling ini juga dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan.
7). Sampel kelompok atau cluster sample.
Di masyarakat kita jumpai kelompok-kelompok, yang bukan merupakan kelas atau strata. Dalam membicarakan masalah persekolahan, kita jumpai adanya kelompok, SD, SLTP, SLTA. Kelompok-kelompok tersebut dapat dipandang sebagai tingkatan atau strata.
8). Sampel kembar atau double sample.
Sampel kembar adalah dua buah sampel yang sekaligus diambil oleh peneliti dengan tujuan untuk melengkapi jumlah apabila ada data yang tidak masuk dari smpel pertama, atau untuk mengadakan pengecekan terhadap kebenaran data dari sampel pertama.
Dengan demikian tiknik sampeling dibedakan menjadi delapan yaitu; random, teknik sampling, berstrata, wilayah, proporsi, purposive sample, sampel quota, dan sampel kelompok.
3. Penentuan Sampel
Penentuan sampel bisa dibenarkan, apabila populasi yang diteliti cukup besar dan kurang memungkinkan apabila diteliti secara keseluruhan.
Sebagaimana pendapat Sutrisno Hadi :
Beberapa besar sebaiknya proporsi sampel yang kita selikidi, tergantung kepada macam-macam faktor pertimbangan. Misalnya saja, jika ada pengetahuan bahwa keadaan populasi adalah homogen mengambil sampel yang terlalu besar hampir-hampir tidak ada gunanya. ( Sutrisno Hadi, 1983, hal. 221 )
Suharsimi Arikunto dalam bukunya Metodologi Penelitian, memberikan perkiraan pengambilan sampel sebagai berikut :
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. (Suharsimi Arikunto, 1992, hal 107)
Sejalan dengan ketentuan di atas, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian obyek yang dianggap dapat mewakili obyek penelitian. Dalam hal ini sampel yang digunakan 45% dari jumlah populasi keseluruhan sehingga diperoleh jumlah sample sebanyak 50 orang.
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel
a. Pengertian Variabel
Secara etimologis sebagaimana di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa variabel adalah “ suatu yang dapat beruba; faktor atau unsur yang dapat menentukan perubahan ”. (Depdikbud RI, 1995, hal 60)
Kartini Kartono mendefinisikan variabel sebagai berikut:
Suatu kualitas (jumlah) atau sifat karekteristik yang mempunyai nilai numerik atau kategori. Variabel merupakan suatu kualitas yang bisa beruba-ubah, bisa kurang atau tambah juga merupakan satu faktor yang bergantung pada faktor-faktor lain” ( Kartini Kartono, 1990, hal 333 )
Selanjutnya Suharsimi Arikunto berpendapat variabel adalah “Gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian”. ( Suharsimi Arikunto, 1992 hal 99 )
Sedang Saifuddin Azwar dalam buku Metodologi Penelitian memberikan definisi variabel sebagai berikut :
Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada fenomena lain yang relevan. Dalam penelitian sosial dan psikologis, umumnya fenomena termasuk merupakan konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subyek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif atau secara kualitatif. Konsep inilah yang disebut dengan variabel. ( Saifuddin Azwar, 1999, hal 60 )
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel adalah suatu objek baik benda, hewan, maupun manusia yang akan diteliti dengan menggunakan metode tertentu.
b. Jenis-jenis Variabel
Jenis-jenis variabel menurut Kartini Kartono, variabel dibedakan menjadi dua yaitu :
1). Variabel bebas adalah variabel yang dikontrol oleh peneliti dan dikenakan kepada subyek untuk menentukan efeknya terhadap reaksi subjek.
2). Variabel terikat adalah (a) reaksi subjek atau (b) suatu variabel dalam mana perubahan-perubahan lain atau merupakan kondisi-kondisi antesenden/eksperimental atau variabel bebas lainya. ( Kartini Kartono, 1990 hal 333 )
Sanapiah Faisol membagi variabel menjadi dua yaitu :
1). Variabel bebas adalah kondisi atau karakteristik yang oleh pengekperimen dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan dengan fenomena yang diobservasi.
2). Variabel terikat adalah kondisi atau karakteristik yang merubah, atau yang muncul ketika pengeksperimen mengintroduksi, merubah atau menjadi variabel bebas. (Sanapiah Faisal, 1992, hal 82)
Sebagai pelengkap dari jenis-jenis variabel di atas berikut ini penulis kutip pendapat dari Moh. Nasir sebagai berikut :
Umumnya variabel dibagi atas dua jenis variabel kontinyu (continous variabel) dan variabel diskriptif (deskreate variabel). Variabel dapat juga dibagi sebagai variabel dependent dan variabel bebas. Juga dapat dilihat sebagai variabel aktif dan variabel atribut. (Moh. Nasir, 1983, hal 149)
Berdasar kutipan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Variabel descrete, adalah konsep yang nilainya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau desimal di belakang koma.
2). Variabel kontinyu variabel yang dapat kita tentukan nilainya dalam jarak jangkau tertentu dengan desimal yang tidak terbatas.
3). Variabel Moderator adalah variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependent, tetapi pengaruhnya tidak utama.
4). Variabel random adalah variabel yang pengaruhnya dapat dilihat berdasarkan error yang timbul dalam mengadakan astimasi.
5). Variabel aktif adalah variabel yang dimanipulasi oleh peneliti.
6). Variabel atribut adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi atau sukar dimanipulasikan.
Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa jenis variabel dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel).
c. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
1) Variabel Bebas (Independent variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kemampuan Manajerial Guru
2) Variabel Terikat ( Dependent Variabel )
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Motivasi Belajar Siswa
2. Definisi Operasional Variabel
a. Definisi Operasional Variabel Bebas
Kemampuan manajerial guru adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru disamping harus mempunyai kemampuan-kemampuan yang lain dan dalam hal kemampuan manajerial guru ini pembahasan akan difokuskan pada kemampuan dalam bidang; Perencanaan yang meliputi pembuatan perangkat pembelajaran, program semester dan program tahunan serta penentuan metode dan sarana pembelajaran yang dibutuhkan. Pengorganisasian yang meliputi komunikasi dengan siswa dan sesame guru serta dapat menjalankan proses belajar mengajar dengan baik dan menyenangkan. Penggerakan yang meliputi kemampuan dalam mengkoordinir segala kegiatan yang melibatkan siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengawasan yaitu meliputi kemampuan dalam mengevaluasi hasil belajar.
b. Definisi Operasional Variabel Terikat
Yang dimaksud dengan motivasi belajar siswa adalah semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar yang meliputi semangat belajar, kehadiran siswa, penyelesaian tugas serta keikutsertaan dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh sekolah.
D. Metode Pengumpulan Data
a. Pengertian Metode Pengumpulan Data
Secara umum bisa dikatakan bahwa metode pengumpulan data adalah suatu cara atau teknik yang digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data di lapangan sebagai bahan untuk dianalisis sesuai dengan jenis dan bentuk data yang diperoleh.
b. Jenis-jenis Metode Pengumpulan Data
Menurut Sutrisno Hadi disebutkan bahwa :
Bagaimana memperoleh data adalah persoalan metodologi yang khususnya membicarakan teknik-teknik pengumpulan data. Apakah seorang penyelidik akan menggunakan Questionaire, interview, observasi biasa, test, eksperimen, koleksi, metode lainnya, kombinasi dari beberapa metode itu semua harus mempunyai dasar-dasar yang beralasan. (Sutrisno Hadi, 1983, hal. 79)
Selanjutnya dalam Buku Pengantar Penelitian Pendidikan, disebutkan bahwa teknik pengumpulan data bisa dibedakan menjadi 7 macam antara lain :
a. Metode observasi
b. Metode interview
c. Metode questionarie
d. Metode sosiometri
e. Metode proyektif
f. Metode test
g. Metode dokumentasi
Selain itu, Suharsimi Arikunto juga membedakan metode penelitian menjadi 5 macam, antara lain:
a. Tes
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki indivu atau kelompok.
Ada beberapa macam tes instrumen pengumpul data, antara lain adalah :
1). Tes Kepribadian, adalah tes yang digunakan untuk mengungkapkan kepribadian seseorang.
2). Tes Bakat, (talent tes) adalah tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.
3). Tes Prestasi, (achievement test) adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
4). Tes Inteligensi, adalah tes yang digunakan untuk membuat penaksiran atau kenarikan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang diukur inteligensinya.
5). Tes Sikap, (attitude test) adalah tes yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
b. Angket atau kuesioner
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna, dengan tujuan mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar tertanyaan.
Angkat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1). Angket terbuka, (angket tidak berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan jawaban sesuai dengan kehendak dan keadaannya.
2). Angket tertutup, (angket bertruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang atau tanda checklist.
b. Wawancara atau interview
Adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit.
c. Observasi atau Pengamatan
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja, dan penggunaan responden kecil.
d. Telaah Dokumen (metode dokumentasi)
Dokumen adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dati tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.
Dengan memperhatikan pendapat di atas maka jenis metode penelitian secara garis besar dapat dibedakan menjadi 7 macam sebagai disebutkan oleh Sutrisno Hadi, Suharsimi Arikunto dan Tim Penelitian Pendidikan IKIP Surabaya.
c. Metode Pengumpulan Data yang Digunakan dalam Penelitian
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan bebera metode kombinasi yaitu; (1) Metode Angket, (2) Metode Dokumentasi, (3) Wawancara.
Agar diperoleh kejelasan tentang metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, maka penjelasan atau uraian secara rinci tentang apa, bagaimana, dan kelemahan-kelebihan dari metode dimaksud sebagai berikut:
a. Metode Angket
1) Pengertian Metode Angket
Angket adalah metode pengumpulan data melalui pertanyaan tertulis sepihak oleh peneliti kepada responden. Hal ini sejalan dengan pendapat beberapa ahli antara lain :
Angket atau kuesioner (quesioneire ) ialah penyelidikan mengenai masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum ( orang banyak ) dengan jalan mengedarkan formulir daftar pertanyaan diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapat jawaban ( tanggapan responden ) tertulis seperlunya. ( Kartini Kartono, 1990, hal. 217 )
Selanjutnya Marzuki menjelaskan: Metode angket disebut juga mail survey/cara surat menyurat karena hubungan dengan responden dilakukan melalui daftar pertanyaan yang dikirim kekapadanya.
Sedangkan pendapat Winarno Surachmad menyatakan :
Cara ini juga dipandang sebagai interview tertulis dengan beberapa perbedaan. Pada angket yang disebut kuesioner sampel dihubungi melalui daftar pertanyaan tertulis. (Winarno Surachmad, 1995, hal. 180 )
Dari penjelasan tersebut di atas maka yang disebut dengan angket adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan memberikan pertanyaan kepada responden secara tertulis untuk memperoleh jawaban secara tertulis.
Pertanyaan tertulis tersebut bisa diberikan kepada responden lewat jasa pengiriman (pos) atau diantar sendiri oleh peneliti kemudian setelah dijawab atau diisi oleh responden baru dikembalikan atau dikirim kembali kepada peneliti.
2) Kebaikan Metode Angket
Kebaikan metode angket adalah sebagai berikut:
a) Menghemat waktu, tenaga dan biaya. Karena angket dapat memuat beberapa pertanyaan yang dibutuhkan sekaligus.
b) Mendapat data yang objektif dan promer karena langsung dari orangnya.
c) Dengan jawaban yang telah ditentukan, mudah untuk menganalisisnya.
d) Responden dapat merahasiakan identitasnya dan bebas memilih alternatif jawaban yang telah tersedia.
3) Kelemahan Metode Angket
a) Sulit bagi responden yang kemampuannya terbatas untuk membaca dan menulis serta memahami ini pertanyaan.
b) Ada kemungkinan jawaban yang diberikan responden tidak obyektif atau dibuat-buat.
c) Jenis data yang terkumpul relatif terbatas.
d) Sulit merusmuskan pertanyaan yang tepat sesuai dengan informasi yang diperlukan.
4) Usaha Mengatasi Kelemahan Metode Angket
a) Pertanyaan dibuat secara ringkas dan jelas
b) Pertanyaan disusun dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami responden.
c) Pertanyaan bersifat netral dan obyektif
d) Dalam angket disertai penjelasan untuk meyakinkan dan mendorong responden menjawab secara obyektif.
5) Jumlah Angket Penelitian
Jumlah angket yang harus dijawab oleh responden sebanyak 25 item ( pertanyaan ), dengan pemerataan masing-masing indikator.
6) Skor Jawaban Angkat
Masing-masing item (pertanyaan) angket dilengkapi dengan 4 (empat) alternatif jawaban pilihan dengan skor:
a) Jawaban a diberi skor 4
b) Jawaban b diberi skor 3
c) Jawaban c diberi skor 2
d) Jawaban d diberi skor 1
7) Jumlah Skor Jawaban Angket
Dengan jumlah angket 25 item (pertanyaan) dan skor jawaban yang ditentukan maka skor tertinggi adalah 100 (4 x 25 ) dan skor terendah adalah 25 ( 1 x 25).
8) Alasan Penggunaan Angket
a) Untuk menghemat waktu, biaya dan tenaga.
b) Untuk mempercepat proses pengumpulan data.
c) Untuk menjaga efektifitas jawaban.
9) Langka-langka Penggunaan Angket
a) Menyiapkan angket sesuai dengan jumlah responden.
b) Menjelaskan maksud dan tujuan pemberian angket kepada responden.
c) Mengumpulkan angket yang telah diisi oleh responden.
Dari uraian di atas hal penggunaan angket sebagai metode utama untuk menggali data tentang : Pengaruh Kemampuan Manajerial Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah YKUI Sambogunung Dukun Gresik.
b. Metode Dokumentasi
1) Pengertian Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud Dokumentasi adalah :
Dokumentasi dari asal kata dokumen, yang artinya barang tertulis. Di dalamnya melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seprti buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan lain sebagainya. ( Suharsimi Arikunto, 1992, hal. 131 )
Dari penjelasan tersebut diatas, yang dimaksud metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan jalan menulis atau mencatat dari data yang sudah ada di lapangan baik berupa catatan, buku, papan data, tulisan-tulisan penting, agenda rapat dan sebagainya.
2) Kelebihan Metode Dokumentasi
a) Pengumpulan datanya cepat karena langsung dilakukan oleh peneliti.
b) Data tersebut dapat dipergunakan berulang kali jika dikehendaki.
c) Sumber data yang asli validitasnya baik dan dapat dipertanggung jawabkan
3) Kelemahan Metode Dokumentasi
a) Membutuhkan ketelitian dan ketekunan dalam mencatat data.
b) Dokumen yang lama kadang tidak sesuai dengan keadaan sekarang.
c) Data yang diperoleh mungkin tidak sesuai dengan kenyataan, karena kesalahan waktu pencatatan.
4) Alasan Penggunaan Metode Dokumentasi
Untuk memperoleh data sebagai pelengkap penelitain yang tidak didapat dari hasil metode angket.
c. Metode Wawancara
1) Pengertian Metode Wawancara
Menurut Sutrisno Hadi bahwa interview (wawancara) adalah :
Interview dapat dipandang pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak, yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan kepada tujuan penyelidikan, pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dan proses tanya jawab. ( Sutrisno Hadi, 1987, hal. 193 )
Selanjutnya menurut Tim Penelitian Pendidikan IKIP, menjelaskan interview sebagai berikut ;
Pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berdasarkan pada tujuan penelitian. ( Tim Penelitian Pendidikan IKIP Surabaya, 1993, hal. 61 )
Dari pendapat diatas dapat penulis sumpulkan bawah wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data yang diperoleh dari hasil tanyak jawab sepihak antara seorang dengan sekolompok yang masing-masing berkedudukan sebagai pencari informasi, dengan pihak lainnya dalam kedudukan pemberi informasi.
2) Kebaikan Metode Wawancara
a) Merupakan cara yang efektif untuk menggali infoemasi dan fenomena yang bersifat psikis.
b) Dapat dilaksanakan pada semua tingkat usia.
c) Dapat digunakan sebagai ferivikasi data.
d) Hasilnya mudah diformulaikan kembali.
3) Kelemahan Metode Wawancara
a) Pelaksanaan wawancara mudah dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sekitar tempat wawancara.
b) Ditunutu kemampuan berbahasa bagi interviewer.
c) Tidak efisien karena membutuhkan waktu, tenaga dan biaya.
d) Jika responden hitrogen diperlukan interwier dalam jumlah banyak.
e) Kadang kala interviewer tidak memahami pikiran interview.
4) Usaha Mengatasi Kelemahan Metode Wawancara
a) Menjaga situasi dan kondisi agar tidak berubah untuk memperoleh informasi yang obyektif.
b) Pembicaraan disusahakan tidak menyimpang dari tujuan penelitian.
c) Memberikan motivasi positif pada interviewer, untuk menciptakan suasana kekeluargaan sehingga mudah memperoleh informasi.
d) Pertanyaan dibuat sedemikian rupa agar mudah dipahami oleh responden.
5) Langka-langka Menggunakan Metode Wawancara
a) Menyiapkan instrumen yang diperlukan dalam wawancara.
b) Mendatangi responden dan memperkenalkan diri, serta mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan peneliti.
c) Mengajukan pertanyaan sesuai dengan instrumen yang disiapkan dan mencatat hasil wawancara.
Metode wawancara ini digunakan penulis penggali tentang kemampuan manajerial guru serta motivasi belajar siswa secara langsung.
E. Metode Analisis Data
1. Pengertian Metode Analisis Data
Metode analisis data diperlukan untuk menganalisa data yang terkumpul, sehingga dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu agar kesimpulan benar-benar tepat, maka diperlukan ketepatan pemilihan metode analisisnya.
Marzuki mengartikan analisis data adalah : Analisis data adalah merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan dan pelajaran-pelajaran atau hal-hal yang kita peroleh dalam proyek penelitian. ( Marzuki, 1983, hal. 87 )
Selanjutnya Joko Subagyo mengatakan :
Data mentah yang terkumpul oleh para petugas lapangan akan ada gunanya setelah dianalisis. “ Analisis dalam penelitian merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan adanya analisis inilah data yang ada akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan penelitian”. (Joko Subagyo, 1991, hal. 104-105)
Begitu juga Kartini Kartono mengatakan sebagai berikut : “Analisis ilmiah terhadap data yang terkumpul itu memberikan arti tertentu dengan nama orang bisa mengadakan interprestasi“. (Kartini Kartono, 1990, hal. 384)
Dengan demikian metode analisis data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengelolah data yang dihasilkan dalam penelitian untuk menjawab hipotesis yang diajukan.
2. Jenis-jenis Metode Analisis Data
Secara umum metode analisis data dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam :
a. Analisis non stastistik dilakukan dengan membaca tabel-tabel, grafik atau angka-angka yang tersedia, kemudian melakukan uraian dan penafsiran.
b. Analisis Stastistik yaitu sebagai metode guna menggumpulkan, mengelola, menyajikan, menganalisa, dan menginterprestasikan data yang berwujud angka-angka. Interprestasi adalah penarikan kesimpulan dari hasil analisa yang dilakukan atas dasar data kwantitatif.
Sutrisno Hadi menjelaskan dalam bukunya stastistik II menjelaskan :
Salah satu teknik korelasi yang kerap kali digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel adalah teknik korelasi. Dua variabel yang hendak diselidiki hubungan itu biasa diberi kode variabel X dan variabel Y. ( Sutrisno Hadi, 1996)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode analisis data dapat dibedakan menjadi dua yaitu metode non stastistik dan metode statistik. Teknik Analisis statistik untuk mencari hubungan dua variebel yang tepat adalah menggunkan teknik korelasi.
3. Metode Analisis Data Dalam Penelitian
Metode analisis data yang digunakan adalah non statistic yaitu dengan menyajikan data dalam bentuk tabel kemudian menguraikan tiap-tiap data yang diperoleh dari respondent.

0 comments:

 
KEKUATAN CINTA© DiseƱado por: Compartidisimo